Manusia adalah makhluk sosial, artinya
manusia tidak dapat hidup sendirian atau dengan kata lain manusia hidup saling
berdampingan dan dapat dikatakan simbiosis mutualisme.
Dalam kehidupan ini, tentu kita sudah
tidak asing lagi dengan kata-kata cinta, kasih ataupun kasih sayang. Hanya
dengan kata “Cinta” saja, kita bisa galau :D Hhahahhaaaa . . Memang terdengar
aneh, tapi nyata ! Kata galau sering terdengar atau dapat dikatakan sedang
populer pada saat ini, terutama di kalangan remaja. Apa sih arti galau?? Galau
adalah perasaan yang tak menentu, karena sebuah alasaan yang tidak dapat di
jelaskan sedemikian rupa. Dan dapat membuat seseorang menangis, tertawa, diam,
dan sebagainya. Penyebab ini semua lebih di identikan dengan persoalan CINTA.
Bicara soal cinta dan kasih sayang,
sebenarnya tidak hanya untuk pacar saja. Tapi dengan orang yang kita kasihi
seperti keluarga, saudara, teman, orang terdekat kita atau yang tidak kenal
sekalipun. Apa sich yang membedakan Cinta dan Kasih?? Kalau menurut saya, kasih
atau kasih sayang adalah perasaan yang sering kita ungkapkan kepada orang tua,
adik, kakak, saudara dan teman.
Sedangkan cinta merupakan sebuah kata
yang indah dalam hidup ini. Orang tidak
pernah merasa bosan mendengar kata-kata cinta walau terkadang diucapkan secara
berlebihan. Cinta membuat segala sesuatunya menjadi menarik dan berkesan. Cinta
juga mendorong seseorang untuk berkreasi dan menghasilkan karya-karya
terbaiknya. Tanpa cinta, hidup tentu akan terasa hampa dan tak berarti.
Saat menjalani kehidupan sehari-hari,
semua tingkah laku dan perbuatan kita digerakkan oleh rasa cinta yang kita
miliki. Seperti yang dikatakan Gothe, “Kita dibentuk dan diarahkan oleh apa
yang kita cintai.” Misalnya saja kita mengagumi atau mencintai seseorang,
secara otomatis pola tingkah laku kita akan berubah baik sadar ataupun tidak
sadar baik sikap maupun cara bicara kita. Terutama sedang bicara dengan doi
eghm . . . jadi lucu sendiri nii heheheee . .
Namun sayangnya, walaupun cinta tidak
pernah mengkhianati manusia, manusia sering kali mengkhianati cinta. Salah satu
bentuk pengkhianatan kita terhadap cinta adalah kesalah pahaman yang sangat
mendasar.
Dunia modern sekarang ini terlalu
mengaitkan cinta dengan nafsu syahwati, dengan seks. Hal ini menyebabkan banyak
orang , termasuk kalangan remaja, hampir selalu memandang cinta dari sudut
pandang tersebut. Sehingga kalau ada seseorang lelaki berkata pada teman
lelakinya, atau perempuannya terhadap teman
perempuannya, “saya mencintaimu,” maka pikiran kita langsung
membayangkan bahwa orang-orang ini kemungkinan besar adalah homoseks atau
lesbi.
Cinta adalah sesuatu yang mulia, mengapa
harus kita hinakan dengan segala sesuatu yang berbau seksual. Tentu saja seks
sendiri belum tentu merupakan sesuatu yang hina, tetapi bila kita mengamati
perilaku seks manusia modern yang tidak jarang lebih buruk dari perilaku seks
hewan, maka sulit bagi kita untuk melihat sisi kemuliaannya, sebagai mana yang
telah dituntun dalam Islam.
Cinta tidaklah sama dengan seks dan seks
bukanlah ekspresi cinta yang paling tinggi. Cinta adalah rasa kasih sayang yang
dimiliki seseorang terhadap sesama manusia, terhadap sesama makhluk. “Cinta
merupakan suatu kondisi ketika kebahagiaan orang lain menjadi penting bagi
anda,” kata Robert Heinlein.
Dalam bahasa tertentu, bahkan dalam
banyak bahasa, cinta ternyata memiliki arti yang lebih sederhana dan jauh dari
unsur syahwati. Dalam bahasa Persia misalnya, sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh Susha Guppy berikut ini.
“Kata kerja ‘mencintai’ dalam Bahasa
Persia berarti ‘memiliki seorang teman.’ ‘Saya mencintaimu’ diterjemahkan
secara bahasa menjadi ‘saya menganggapmu
sebagai teman,’ dan ‘saya tidak mencintaimu’ secara sederhana bermakna ‘saya
tidak menganggapmu sebagai teman.’”
Cinta memang merupakan hubungan yang
wajar dan mendalam di antara manusia. Keberadaannya mendorong kita untuk
senantiasa ingin memberikan yang terbaik bagi siapa pun yang kita cintai. Cinta
merupakan keinginan untuk memberi, bukan keinginan untuk memiliki. Namun pengertian
tersebut seakan berbanding terbalik, artinya Cinta merupakan keinginan untuk
memiliki, bukan keinginan untuk memberi. Inilah yang dikatakan sebagai cinta
buta. Karena dengan berbagai cara seseorang dapat melakukan apapun untuk
mendapatkan cintanya, begitu dasyat kekuatan cinta.
Dalam Islam, cinta yang dilandasi iman
dan niat karena Allah merupakan kekayaaan yang sangat berharga. Rasa cinta dan
kasih sayang, bukan merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu, melainkan sesuatu
yang harus dipelajari, diupayakan, dan dimiliki. Belajarlah untuk mencintai
secara tulus, dan jangan membiarkan diri kita menanti cinta datang dengan
sendirinya.
Pahamilah cinta yang baik dan benar
dengan sungguh-sungguh agar kita tidak salah dalam mengartikan cinta tersebut.
Dan yang tidak kalah penting, jadilah orang yang mampu mengendalikan cinta.
Jangan pernah menjadi orang yang dikendalikan oleh cinta karena cinta ibarat kendaraan
tunggangan. Ia bisa begitu cepat mengantarkan kita pada tujuan yang sulit
dicapai banyak orang jika kita mampu meluruskan dan mengarahkan energinya yang
luar biasa. Namun, ia juga bisa melempar dan menginjak-injak diri kita dengan
ganasnya karena ketidak mampuan kita dalam menenangkan keliarannya.
Milikilah cinta yang dewasa. Apakah
cinta yang dewasa itu? Yaitu cinta yang proaktif, bukan cinta yang reaktif,
cinta yang tidak menuntut apa-apa sebelumnya. “Cinta yang kekanak-kanakan
mengikuti prinsip : Saya cinta karena saya dicintai. Sedangkan cinta yang
dewasa mengikuti prinsip : Saya dicintai karena saya mencintai,” kata Erich
Fromm.
Referensi :
Alatas, Alwi. 2005. 13+
0 komentar:
Posting Komentar